Minggu, 02 Oktober 2011

Hati-hati vaksinasi!Lakukan Imunisasi Alami nan Islami


Pesan gencar dari berbagai pihak meyakinkan sebagian besar masyarakat : vaksinasi mencegah penyakit. Yang terlupakan adalah risiko bahaya dari vaksin itu sendiri. Lagi pula,bukankah tubuh sudah memiliki sistem kekebalan alamiah dari Allah?

Ketika itu pada 1995,usia Fina 3 bulan.Sama seperti kebanyakan bayi lainnya,ia mendapatkan imunisasi Hepatitis B. Setelah imunisasi,Fina kejang-kejang dan panas tinggi,wajahnya membiru dan matanya mendelik. Kejadian berulang setelah Fina mendapat imunisasi Campak. Ia kejang dan kembali panas tinggi.
Kejadian yang tak jauh berbeda dialami adik Fina, Nala yang lahir tahun 2002. Nala sering panas tinggi setelah beberapa kali mendapatkan imunisasi. Terakhir, saat mendapatkan imunisasi campak, Nala juga kejang dan panas tinggi. Saat ia berusia satu tahun, dokter mendiagnosa Nala mengalami paru-paru basah.
Kejadian yang lebih mengenaskan menimpa Ayu. Bocah yang pada 1997 berusia 2,5 tahun ini mendapat imunisasi polio. Saat diberi imunisasi Ayu dalam keadaan sehat,namun begitu mendapat vaksinasi, ia langsung panas tinggi dan kejang-kejang. 3 bulan berselang, Ayu meninggal.
Kejadian naas yang menimpa ketiga anak itu adalah segelintir contoh kasus yang terjadi pada anak setelah mendapatkan, vaksinasi. Masih banyak kejadian lain yang menimpa anak-anak akibat vaksinasi yang membuat kita merasa miris mendengarnya.
Sayangnya, tak cukup banyak diskusi publik tentang risiko imunisasi karena gencar dan kuatnya pesan dari birokrasi, industri farmasi dan kalangan medis bahwa vaksinasi adalah tindakan pencegahan terbaik dari berbagai penyakit.

Vaksinasi itu sendiri adalah proses merangsang pembentukan antibodi dengan cara memasukkan suatu virus atau bakteri patogen ke dalam tubuh. Vaksinasi adalah bagian dari imunisasi yang merupakan upaya untuk membuat tubuh imun alias kebal terhadap suatu penyakit.  
Secara obyektif, imunisasi ini tak harus berupa vaksinasi.  untuk membuat tubuh kuat melawan penyakit, banyak proses yang bisa dilakukan. Bahkan tubuh kita pun sebetulnya telah memiliki sistem kekebalan alami sendiri.

Meskipun masih banyak kontroversi perihal keamanan proses vaksinasi, pada umumnya kalangan awam tidak mempertanyakan berbagai kemungkinan bahaya itu karena langsung masuk dan menurut saja pada sistem perawatan kesehatan yang ada. Sesudah melahirkan beberapa waktu lamanya, misalnya, seorang ibu akan membawa bayinya untuk vaksinasi ini dan itu. Sesudah vaksinasi itu, seorang ibu akan merasa tenang dan yakin bahwa bayinya sudah terlindungi dari berbagai penyakit.
“Mesin Besar” yang memastikan tiap bayi divaksinasi berjalan otomatis karena para tenaga medis pada umumnya ditugaskan untuk mendukung kebijakan badan kesehatan dunia (World Health Organization,WHO) dan pemerintah mengenai imunisasi.

KASUS VAKSIN
Bagaimanakah tidak akan terjadi kontroversi bila pada kenyataanya terjadi banyak kasus cedera dan sakit berkepanjangan dan bahkan kematian sesudah vaksinasi dilaksanakan?
Pada 1986 ada 1.300 kasus pertusis (batuk) di Kansas, Amerika Serikat. Ironisnya, 90% dari anak-anak yan menderita pertusis itu adalah anak-anak yang telah mendapat vaksin pertusis sebelumnya. Kasus serupa terjadi di Belanda yang mengalami endemik pertusis padahal 96% anak-anak negeri itu telah mendapat tiga suntikan pertusis sebelum umur 12 bulan.

Di Selandia Baru,penyakit Diabetes tipe 1 pada anak-anak meningkat 61% setelah program vaksinasi Hepatitis B secara agresif dilakukan. Kenaikan sejenis juga terjadi di negara-negara lain, seperti Inggris, Italia, Swedia dan Denmark setelah adanya program imunisasi Hepatitis B.
Di Pakistan, sebanyak 136 anak mederita polio, padahal 78% diantaranya, yaitu sebanyak 107 anak sudah mendapat vaksin polio. Yang paling gres adalah soal kematian empat bayi di Jepang dalam kurun waktu dua bulan, yaitu Februari dan Maret 2011 akibat vaksin Meningitis.

Namun, berbagai macam kasus yang berkaitan dengan vaksin itu tak pernah menjadi hot issue yang dibicarakan seantero jagad. Jangankan menjadi topik hangat, selentingan kasus mengenai vaksinasi ini pun sangat jarang sampai ke telinga para orang tua yang akhirnya berbondong-bondong memvaksinasi anaknya akibat ketidaktahuan mereka tentang bahaya vaksin.
Informasi yang digembar-gemborkan adalah betapa vaksin begitu berhasil menyelamatkan jutaan anak di dunia dari berbagai penyakit mematikan. Para tenaga medis maupun pemerintah seolah menutup mata akan kasus-kasus yang terjadi berkaitan dengan vaksin. Pemikiran mereka adalah,toh korban yang meninggal akibat vaksin masih sedikit. Memang sih, saat ini perbandingan anak yang meninggal akibat vaksin adalah 1:1000. Tetapi angka  satu itu adalah manusia!

Herbalis Ummu Salamah Al-Hajjam mengungkapkan, ia sering mendapat argumentasi dari sejumlah dokter yang menyatakan tidak apa satu orang meninggal asalkan dapat menyelamatkan seribu orang lainnya. Ummu pun balik bertanya pada dokter tersebut apakah ia rela bila satu orang meninggal itu adalah anaknya, cucunya atau pun sanak saudaranya. Tentu saja, siapapun tidak akan rela bila anggota keluarganya menjadi korban akibat vaksinasi. “Maka pernyataan tak masalah mengorbankan satu orang, tapi demi menyelamatkan seribu orang lainnya tak dapat diterima akal”, ungkap pemilik Pondok Sehat An-Nabawiyah, Ciputat Tangerang Selatan itu.

BAHAYA VAKSIN
Itulah mengapa sebaiknya efek dari vaksinasi ini jangan dianggap remeh. Tak peduli sesedikit apapun korban yang jatuh akibat vaksin, tetap saja vaksinasi adalah suatu hal yang sebetulnya berbahaya. Deret pakar dari negara Barat sendiri mengakui bahwa vaksinasi adalah tindakan yang membahayakan tubuh manusia. Dr.William Hay dalam buku Immunization : The Reality Behind the Myth mengungkapkan, pemikiran menyuntikan nanah ke dalam tubuh seorang anak dapat meningkatkan kesehatan adalah hal yang tidak masuk akal. Sebab tubuh memiliki pertahanan sendiri yang bergantung pada vitalitas saat itu. Menurutnya, memasukkan racun apapun ke dalam tubuh tak akan mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik.

Seorang peneliti kanker dari Inggris bahkan mengatakan bahwa kanker pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai diperkenalkan. Dari 200 kasus kanker yang ia hadapi, semuanya dialami oleh mereka yang telah mendapatkan vaksin sebelumnya. Pernyataan yang mirip juga dikemukakan peneliti vaksin international Neil Z.Miller. Ia mengungkapkan, sebelum vaksinasi besar-besaran yang berlangsung sejak sekitar 50 tahun silam, di Amerika tidak terdapat wabah kanker, penyakit autoimun dan kasus autisme.

Mengapa vaksin malah gagal mencegah timbulnya peyakit? Menurut seorang doktor dari Harvard University bernama Richard Moskowitz, vaksin itu justru menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi pencegahan sistem imun. Bahkan menurut James R.Shannon, mantan Direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika, satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tak pernah digunakan.

Begitu dahsyatnya bahaya vaksin hingga menurut Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika Barbara Loe Fisher, vaksin justru menjadi penanggung jawab atas terjadinya peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami penyebab hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatoid, multiple sclerosis dan epilepsi. Barbara mengatakan pula bahwa vaksin bertanggung jawab atas mewabahnya AIDS yang pada beberapa dekade lalu tak dikenal.

TAK HALAL
Wajar bila vaksin ternyata malah membahayakan bagi tubuh. Bahan dan tata cara pembuatan vaksin saja membuat kita bergidik ngeri. Vaksin dibuat dengan menggunakan sampel darah manusia yang terinfeksi penyakit tertentu,kemudian sampel darah tersebut dibiakan melalui media, seperti lambung babi, ginjal kera, ginjal anjing ataupun otak kelinci.
Bahkan adapula vaksin yang menggunakan media organ tubuh manusia, yaitu yang berasal dari janin yang telah digugurkan. Selanjutnya,ditambahkan pula bahan-bahan tambahan seperti merkuri, air raksa, aluminium, formalin dan timerosal. Semuanya merupakan bahan pengawet. “Merkuri, air raksa dan aluminium adalah zat pencetus kanker, bagaimana tidak mendatangkan penyakit,”tutur Ummu yang menulis buku Vaksinasi Dampak,Konspirasi dan Solusi Sehat ala Rasullulah.

Selain masalah kesehatan,tentu saja bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan vaksin ini mengundang tanda tanya besar dari sisi kehalalannya. Padahal Allah sudah sangat jelas memperingatkan kita untuk selalu mengonsumsi sesuatu yang halal. “Wahai sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang ada di bumi, dan janganlah ikuti langkah-langkah setan karena setan itu musuh yang nyata bagimu.”(QS.Al Baqarah:2 ayat 168)

Rasulullah pun bersabda:”Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian pada sesuatu yang diharamkan atas kalian.” (HR.Bukhari Muslim).

Melihat hadist ini, rasanya memang tak dapat diterima akal bila vaksin yang dibuat dengan  bahan-bahan haram itu bisa digunakan untuk membuat seseorang terhindar dari jangkitan penyakit.
Pemerhati kesehatan secara Islami, dr.Erni S.Fachran mengungkapkan, dari A hingga Z mengenai vaksin sudah salah. Yaitu, dari mulai proses pembuatan, media yang digunakan hingga bahan-bahan yang digunakan untuk vaksin najis dan haram. “Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak benar bisa menghasilkan sesuatu yang baik untuk kesehatan?” ungkap mantan Direktur RSUDK Duren Sawit DKI Jakarta ini.

Ironisnya, yang terjadi saat ini justru vaksin itu menjadi sesuatu yang dianjurkan, direkomendasikan dan bahkan diwajibkan di dunia kesehatan. Di Indonesia penerima vaksin adalah anak-anak yang baru lahir hingga usia sekolah dasar, calon pengantin, ibu hamil dan bahkan calon jamaah haji. Tak kurang ada lima jenis imunisasi ala medis yang diwajibkan pada bayi-bayi yang baru lahir, seperti BCG, Hepatitis, Polio, DPT dan Campak. Bahkan dalam UU Kesehatan No.36 tahun 2009 disebutkan secara jelas dalam pasal 130 bahwa pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap pada setiap bayi dan anak.

Sedangkan calon pengantin dan ibu hamil direkomendasikan mendapat vaksinasi tetanus atau TT. Adapun calon jamah haji dan umrah yang akan berangkat ke Tanah Suci harus mendapatkan vaksin meningitis sesuai dengan ketentuan pemerintah Arab Saudi. Kebijakan mengenai vaksinasi ini diterapkan dengan tegas dan seperti tak dapat ditawar lagi.
Contoh nyata adalah pengalaman Ummu Salamah yang harus mendapat paksaan menerima vaksin meningitis saat ia akan menunaikan ibadah haji. Wanita berusia 45 tahun ini divaksinasi dengan cara paksa sampai dipegangi tiga orang. Padahal, Ummu sudah menyatakan keberatan bila harus divaksin meningitis dan rela bila harus batal berangkat ke Tanah Suci karena tidak di vaksin. Namun ia tetap mendapat paksaan dan akibat vaksin itu ia sempat mengalami kelumpuhan beberapa saat. Bahkan hingga sekarang ia masih merasakan efek vaksin yang belum hilang,yaitu denging telinga kiri yang tak pernah berhenti.
Vaksin meningitis memang diwajibkan pemerintah Arab Saudi pada siapa saja yang akan mengunjungi negara itu. Alasannya,negara itu adalah negara epidemis penyakit meningokokus. Sejumlah kasus penyakit radang selaput otak ini sempat beberapa kali menimpa banyak jamaah haji yang ada di situ.
Umat Muslim pun seperti harus makan buah simalakama saat akan berangkat menunaikan ibadah haji. Sebab, walaupun mengetahui vaksin meningitis sebetulnya haram, tapi mereka terpaksa menerima vaksin karena alasan darurat, tidak ada alternatif lain dan harus mematuhi kewajiban pemerintah Arab Saudi, serta ada pula ketakutan akan terkena penyakait meningitis.
Padahal sebetulnya sebagai warga negara kita dapat menolak untuk mendapatkan vaksinasi. Yaitu merujuk pada UU Kesehatan No.36 tahun 2009,pada pasal 56 ayat 1 disebutkan bahwa setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Ditambah lagi adanya hukum internasional yang memungkinkan kita menolak pemberian vaksin dengan alasan keagamaan maupun kesehatan.
“Yang perlu kita lakukan adalah membuat surat pernyataan di atas materai yang menyatakan kita dan anggota keluarga berkeberatan menerima vaksin. Surat ini dapat kita pegang sebagai kekuatan hukum kita untuk menolak divaksinasi”.terang Ummu Salamah.

TERAPKAN HALALAN THAYYIBAN
Menurut dr. Erni,tak perlu takut bila kita tidak menerima vaksin. Yang terpenting adalah kit a harus yakin pada Allah, bahwa Allah yang Maha Kuasa sudah memberikan bekal yang sempurna pada saat manusia lahir ke dunia. Untuk mendukung keyakinan itu,kita tetap harus berusaha mencari informasi serta solusi menjaga kesehatan yang halal dan thayyib. Setelah mendapat pengetahuan yang lengkap, saatnya kita yakin dan tawakal atas karunia Allah.
Dengan mengikuti perintah dan larangan Allah di bidang kesehatan, insya Allah kita bisa terlindungi dari penyakit. Kita harus pede bahwa Allah akan memberikan yang terbaik. “Kalau kita tidak yakin dan tidak percaya pada janji Allah, Allah justru tidak akan menolong dan malah menurunkan penyakit. Allah kan berbuat sesuai dengan sangkaan kita,” ungkap dr.Erni.
Bila memang merasa khawatir akan terserang penyakit tertentu bila tidak di vaksin, Ummu Salamah mengungkapkan,kita bisa mencegahnya dengan cara imunisasi alami. Sebetulnya kita tak perlu termakan doktrin mengenai vaksinasi sehingga merasa tidak aman dari penyakit bila kita tidak divaksinasi. tubuh kita sebetulnya sudah memiliki tentara alami yang akan bekerja saat ada gangguan dari luar datang menyerang. Untuk meningkatkan sistem imunitas agar para tentara itu selalu sigap dan bangkit menyerang penyakit,kita bisa melakukannya dengan cara-cara yang alami.
Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai bagian dari imunisasi. Untuk orang dewasa seperti calon jamaah haji,agar tubuh sehat dan kondisi fit saat menunaikan ibadah haji bisa membentengi tubuh dengan berbagai cara seperti yang diajarkan Rasulullah Shallallahu’alayhi wasallam. ‘Yaitu,rutin melakukan hijamah alias bekam,juga mengonsumsi madu, habbatussauda, sari kurma, dan air zam-zam, bukan vaksin.”tutur Ummu Salamah.
Selain itu,tentunya bila setiap orang menjalankan konsep halalan thayyiban dengan benar dalam kehidupan sehari-hari, insya Allah tubuh akan memiliki kekebalan alami yang akan menangkal berbagai penyakit. Konsep halalan thayyiban itu perlu diterapkan secara menyeluruh, yaitu dengan memakan makanan halal dan baik,juga berperilakubkehidupan yang menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagai ciptaan Allah,kita tentu harus mengikuti aturan yang dibuat Sang Khalik. Ummu menganalogikan,bila sebuah sepeda motor yang menurut aturan produsen motor harus diberi bahan bakar bensin, tentu saja aturan tersebut harus diikuti. Jika kemudian motor tersebut diisi dengan air teh, tentu motor tidak akan bisa dioperasikan dan lama-kelamaan bisa rusak. “Begitu pula dengan manusia. Sebagai pencipta manusia, Allah sudah mengeluarkan peraturan untuk manusia. Bila aturan Allah diterapkan secara kaffah,tubuh kita tentu akan terpelihara dengan baik,”ungkap Ummu Salamah.


IMUN IS ASI
Termasuk untuk bayi yang baru lahir. Sebetulnya tak diperlukan vaksin lagi karena Allah sudah menyediakan asupan bergizi lewat sang ibu, yaitu air susu ibu (ASI) yang dapat menjadi sistem imun bagi bayi. Perintah Allah bagi para ibu untuk menyusui bayinya jelas tercantum dalam Al Quran. Yaitu antara lain dalam surat Al Baqarah (2) ayat 233, Allah berfirman :”Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,bagi yang ingin menyusui secara sempurna .....”
Menurut Pakar ASI dr.Henny Zainal,99% kandungan dalam ASI adalah antibodi untuk menagkal kuman dan jamur jenis apapun. Bahkan untuk sel kanker sekalipun. Ia mengungkapkan, di Amerika Serikat dan Inggris,ASI digunakan untuk mengobati penyakit kanker dan berhasil. Hal ini bisa terjadi karena di dalam ASI terdapat sel hamlet yang berguna untuk membunuh sel kanker.
Keajaiban ASI lainnya adalah bila bayi baru lahir selama dua minggu penuh disusui ibunya maka bayi bisa terbebas dari penyakit saluran pencernaan selama setahun. Tentu terbayang bagaimana efek positifnya bila kemudian bayi itu disusui hingga usia dua tahun sesuai tuntunan Quran.
ASI juga dapat membuat anak terhindar dari gangguan jiwa, sebab,di dalam ASI terdapat enzim yang membuat hormon stres pada anak rendah. Sebuah penelitian di Australia Selatan membuktikan, anak yang mendapatkan ASI tidak memiliki gangguan jiwa seperti anak yng tidak disusui ibunya. Gangguan jiwa yang di maksud adalah mudah marah, tidak dapat bekerja dalam tim, mudah depresi padahal pintar,hingga perbuatan suka ngotot dan sok tahu.
Begitu dahsyatnya kekuatan sisitem imun yang terbentuk dari ASI sehingga dapat melindungi tubuh secara optimal. Bahkan ASI yang berasal dari ibu kurang gizi saja memiliki kualitas yang sama baiknya dengan ASI yang berasal dari ibu bergizi baik. “ Allah mengutamakan anak lalu ibu,ini janji Allah pada anak. Mengapa kita harus merusak dengan memasukan vaksin pada anak, kalau Allah sudah membekali anak dengan ASI,” tutur pendiri HZ Lactation Center di bilangan Jagakarsa,Jakarta Selatan ini.
Maka pemberian ASI sejak bayi lahir hingga usia dua tahun tanpa vaksinasi, insya Allah bisa membuat bayi aman dari penyakit dan masa depan bayi akan jauh lebih baik. Pemikiran vaksin bisa membuat anak terbebas dari penyakit menurut dia justru kurang tepat. “Allah telah menyiapkan imunisasi yang jauh lebih bagus dan super power dari perbuatan manusia. Tak perlu vaksin, imun is ASI,”ungkap dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta itu.
Ia menjelaskan, bahan pembuat vaksin justru mematikan antibodi dan sel organ tubuh. Mungkin banyak bayi yang tak langsung merasakan efek vaksin dan tak memiliki masalah apa-apa setelah divaksinasi. Akan tetapi,dampak buruk vaksin ini bisa saja terjadi pada saat si anak sudah dewasa. Yaitu, pada saat ia sudah memasuki fase penurunan fungsi organ, sel yang rusakakibat vaksin baru aktif dan memicu berbagai macam penyakit pada dirinya.
Namun Ummu Salamah mengingatkan, ASI yang diberikan bukanlah sembarang ASI. Melainkan ASI yang berkualitas dari ibu yang mendapat nafkah secara halalan thayyiban. Begitu pula dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu merupakan makanan yang halal dan thayyib. Dengan begitu ASI yang dihasilkan sang ibu juga benar-benar halal dan thayyib, inilah ASI yang dapat membentuk gizi serta imunitas baik bagi bayi.

TAHNIK
Selain ASI, imunisasi alami juga dapat dilakukan lewat mentahnik bayi yang baru lahir. Tahnik adalah mengunyah sesuatu lalu meletakkannya di mulut bayi, Rasulullah Shallallahu’alayhi wa sallam mencontohkannya dengan mengunyahkan kurma untuk ditempelkan ke langit-langit mulut bayi para sahabat. Tahnik hendaknya dilakukan oleh orang yang memiliki keutamaan dan orang tersebut memohonkan berkah pada si bayi.
Yaitu seperti dijelaskan dalam hadist berikut. Abu Musa Al-Asy’ari dia berkata,” anak laki-lakiu baru saja lahir, lantas aku membawanya kepada Rasulullah Shallallahu’alayhi wa sallam. Sesampainya di hadapannya, beliau memberinya nama Ibrahim, lalu mentahniknya dengan kurma dan memohonkan berkah untuknya,setelah itu beliau serahkan lagi kepadaku.” (HR.Bukhari Muslim)
Dari Asma’binti Abu Bakar As-Siddiq radhiyallahu’anha,dia bercerita saat mengandung abdullah bin Zubair,”Saat akan mengandung Abdullah,aku masih tinggal di Makkah. Kemudian aku berangkat menuju Madinah di tengah kehamilanku. Terlebih dahulu aku singgah di Kuba dan ternyata melahirkan di sana. Lantas aku bawa anakku ke pangkuan Rasulullah Shallallahu’alayhi wa sallam. Beliau meminta biji kurma yang kemudian dikunyahnya,lalu beliau meludah di mulut anakku. Begitulah,benda yang pertama kali masuk ke perut anakku adalah ludah Rasullullah Shallallahu’alayhi wa sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dengan biji kurma lalu memohonkan berkah atasnya.”(HR.Bukhari Muslim)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu,dia berkata,”Ketika Abdullah bin Abu Thalhah dilahirkan,aku membawanya kepada Rasulullah Shallallahu’alayhi wa sallam. Saat kami menemuinya,beliau sedang berselimut kain besar mencat untanya sebagai tanda. Beliau bersabda kepadaku ;’Apakah kamu membawa kurma?’’Ya .‘jawabku. Kemudian beliau mengambil beberapa biji dan mengunyahnya hingga lembut, lalu mentahniknya pada si bayi. Si bayi membuka mulutnya,lalu Nabi meludahkan sisa kurma ke mulut bayi tersebut,selanjutnya si bayi menjilatinya dengan ujung lidahnya. Kemudian beliau bersabda,’ Yang paling di cintai dari orang-orang Anshor adalah biji kurma,’ lalu beliau memberinya nama Abdullah.” (HR.Bukhari Muslim).
Begitulah tahnik yang diajarkan Rasulullah untuk diberikan pada bayi yang baru lahir. Sunnah Rasulullah ini pun memiliki hikmah dari sisi kesehatan. Cara yang terlihat simpel ini ternyata justru menimbulkan efek yang luar biasa untuk membentuk antibodi anak.
Menurut Ummu Salamah,setelah mendapat tahnik,tubuh bayi akan mem’fotokopi’ virus pada air liur dalam kurma yang telah di kunyah. Selanjutnya, hasil ‘fotokopi’ itu akan membentuk tentara alami yang kuat dan menjadi antibodi untuk menangkal serangan penyakit dari luar. Adapun glukosa yang terkandung di dalam kurma juga berfungsi untuk mencegah bayi terkena penyakit kuning.
Namun bila ternyata sudah terlanjur menerima vaksin, ada baiknya segera dilakukan cara pengobatan ala Rasulullah. Yaitu,dengan rajin diberikan madu dan habbatussauda.insya Allah bisa mematikan bakteri yang terlanjur masuk ke tubuh anak. Bisa pula dengan melakukan hijamah unutk mengeluarkan racun vaksin yang ada di dalam tubuh. Yang pasti, kita tetap harus menyerahkan kesehatan diri kita pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Untuk memohon kesehatan, anda bisa membaca doa ini sebanyak tiga kali : Allahumma’aafinni fii badanii,Allahumma’aafinii fii sam’ii,Allahumma’aafinii fii basharii. “Ya Allah sehatkanlah badanku,ya Allah sehatkanlah pendengaranku,ya Allah sehatkanlah penglihatanku.”
( Dikutip dari Majalah Aulia edisi Oktober 2011 No.04 Tahun IX Syawal-Dzulqo’dah 1432-penulis: Nuria Bonita ).


4 komentar:

  1. oala...lek moco tulisan iki rasane ngenes tapi yo seneng..soale ancen ket cilik awak dewe gak tau kedemok sing jenenge imunisasi...duduk anti inmunisasi tapi ancen wong tuo biyen gak duwe duwek gawe ngimunisasino awak dewe soale jare mbiyen mbayar (masio mbayar 25repes tetep lek wong gak dwe duwek kate lapo) ...tapi masio ngunu yo awak dewe sehat2 ae trus gak onok sing aneh2...malahan tambah lek ngombe banyu udan sing onok uget2 e karo kadang2 ole indomi sing lek arep dimasak gudu si kepruk disek bumbune (ngertine pas sekolah stm lek mie sing bumbune atos koyok watu iku wes kadaluarsa) paling iku imunisasi sing tak terimo.... hehe...banyu onok uget2 e...HAHAHA...gudu nguyu yo gudu nangis...

    trus ambek konjer, lek ngomong konjer sak bluron nang tambak masio awak dewe gak patek jago, tapi gak tau let opo maneh lek pas udan terus banyu kali pas gede...karo sing gak onok nang jaman saiki iku dolanan engkle, ongsrot, delik-delik-an, patek lele lan liyo2 ne

    paling pol jare wong tuo ku penyakit parah sing alami iku udun nang batuk, ancen lek iku awak dewe iling, duduk perkoro loro ne tapi isine pas budal ngaji...soale lek mari dijupuk udun e engko di kek i indiplas pale koyok biksu nang filem mahabarata ...hahaha

    wes ngunu ae...engko akeh2 tambah turu kabeh.

    kalau kurang paham atau tidak paham sama sekali mintalah teman yang tau bahasa diatas untuk menerjemahkannya, tulisan diatas saya tulis dengan bahasa surabaya versi suroboyoan asli...

    BalasHapus
  2. Anak2 sudah pada besar,vaksin pun full...maka apa masih bisa detoks dari pengaruh vaksin2 tsb??

    Saya baru melek vaksin ini ��

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah ankku yg kedua tdk di imunisasi,wl berkali2 kader posyandu datangi utk di imunisasi,tpi aku menolaknya,utk ankku yg ketiga suruh dtng kepuskes mau di imunisasi aku jg ga mau,,tmn2 ku jg bnyk anknya ga di vaksin tpi pd sehat,sy aja kecilnya ga selesai dikasi vaksin kt ortuku,alhamdulillah sehat.

    BalasHapus